Menghadapi Anak Spesial: Ujian Kesabaran Ibu
Betapa banyak pemberitaan di media yang mengabarkan bagaimana seorang ibu yang membuang bayinya, menganiaya atau menelantarkan anak kandungnya. Sungguh miris. Sementara perempuan lain sampai bersimbah air mata dalam menanti buah hati yang tak kunjung hadir, perempuan lain menyia-nyiakan anugerah pemberian Allah seperti tak punya hati nurani.
Bersyukurlah bila menjadi perempuan terpilih yang diamanahi buah hati. Lahir dari rahim sendiri, bermandi peluh dan air mata. Akan tetapi, tetaplah bersabar bila Allah belum berkenan menitipkan amanah itu. Ibu harus terus berbaik sangka agar harapan selalu tumbuh dan tidak putus asa.
Ketika Allah telah menetapkan seorang anak lahir, sudah pasti setiap ibu ingin melihat anaknya terlahir sempura, tak kurang suatu apa pun. Sehat lahir batin, luar dalam, dan tidak ada kekurangan fisik sedikit pun. Segala upaya mungkin telah dilakukan sejak masa kehamilan hingga tiba saat melahirkan. Namun demikian, ada faktor-faktor yang tak terduga yang dapat menyebabkan bayi terlahir tidak sempurna, seperti stres, diet terlalu ketat, jajan sembarangan, minum obat bebas tanpa arahan dokter, dan melakukan aktivitas terlalu berat, yang membuat ibu akhirnya harus menerima kenyataan tentang kondisi buah hati.
Bila Allah menakdirkan anak terlahir “spesial,” tidak seharusnya tenggelam dalam penyesalan, hingga lupa merawat dengan penuh cinta. Lupa menjadikannya punya bekal menjalani hari-hari dengan didikan dan ajaran penuh kasih seorang ibu. Bagi anak, ibu adalah pelindung, sumber kasih sayang, dan sumber pengajaran. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Apa jadinya bila ibu tidak peduli dengan kondisi anak.
Memang tidak mudah menerima kenyataan bahwa anak yang dinanti kehadirannya ternyata terlahir "spesial." Bila ada dalam posisi sulit semacam itu, Ibu bisa melakukan beberapa hal berikut ini.
1. Terima Kenyataan
Memang mudah menyarankan, tetapi sulit dipraktikkan. Rasa kecewa, malu, minder, dan merasa terpuruk adalah hal wajar dirasakan para ibu. Namun, dengan menerima kenyataan, banyak yang membuktikan dapat membuat seorang ibu lebih memiliki banyak ide kreatif terkait pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Salurkan Emosi dengan Benar
Seorang pekerja sosial asal Philadelphia dan pemilik Philadelphia Autism Network, Karen Krivit, menyampaikan bahwa keluarga dengan anak "spesial" harus memiliki sikap yang gigih, fleksibel, berpikiran terbuka, memiliki pengetahuan dan bersikap positif. Seorang ibu sebagai sosok terdekat dengan anak harus menjadi yang pertama memperhatikan anak. Faktanya, bila ibu memberikan perhatian penuh dengan tulus berpengaruh sangat baik bagi anak.
3. Beri Dukungan
Menerima kenyataan harus diiringi dengan memberi dukungan. Menerima kenyataan dengan terus memberi dukungan membuat orang tua, terutama ibu, bisa melihat kekuatan dan potensi tersembunyi yang ada pada anak "spesial." Harus ada upaya konsisten untuk memberi rasa toleransi atas minimnya capaian anak di setiap tahapan usia, serta membuka mata dan hati lebih lebar demi menemukan kelebihannya, sekecil apa pun.
4. Banyak Bersabar
Menambah jumlah kesabaran dalam diri orang tua dengan anak "spesial" mutlak diperlukan. Tarik napas dalam-dalam saat mendapati keunikan anak, saat menghadapi masalah di sekolah, saat berkumpul dengan kerabat, dan saat-saat lain yang membutuhkan kebesaran hati. Orang tua harus melatih mengontrol diri dan menambah kesabaran. Bukankah semua telah ditetapkan Allah? Anak "spesial" hanya lahir dari orang tua istimewa. Dia Maha Tahu kekuatan hamba-Nya. Tidak mungkin Allah memberi beban terlalu berat.
Seperti dalam QS. Al Baqoroh: 286 yang artinya : Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Oleh karena itu, harus berbanding lurus dengan kemampuan. Bila telah dibebankan, berarti Allah Maha Tahu kita mampu.
5. Jadikan Hidup Lebih Teratur
Boleh percaya atau tidak, jadwal yang teratur terbukti dapat mengurangi frustasi yang bisa datang karena kegiatan harian yang kacau. Ibu harus mematuhi jadwal agar dapat memantau aktivitas harian. Jam berapa anak harus minum obat, hari apa harus kontrol ke dokter, atau kapan saat terapi, adalah rutinitas yang tidak boleh diabaikan keteraturannya. Jangan segan bertanya kepada ahlinya tentang apa saja terkait kondisi anak.
6. Tidak Terlalu Mencemaskan Masa Depan
Mendidik anak "spesial" sering tidak sesuai dengan target dan harapan. Kesabaran ekstra sangat dibutuhkan pada saat seperti ini agar batin tidak lelah. Fokus saja pada proses dan konsisten menjalankan setiap stepnya. Jangan terlalu mencemaskan masa depan. Bagaimana nanti ..., bagaimana seandainya ..., bagaimana ini dan itu, hanya akan mengerdilkan hati. Menyerahkan semua hasil pada Yang Maha Kuasa akan lebih menenteramkan dibanding bila hari-hari dipenuhi dengan keluhan dan rasa tak berdaya.
7. Bergabung dengan Komunitas
Bergabung dengan para orang tua yang sama-sama memiliki anak "spesial" diyakini banyak pihak dapat membantu memunculkan rasa optimis dan perasaan "merasa sendiri" pada orang tua. Dalam komunitas akan sering mendengar pengalaman orang tua lain yang kondisinya mungkin tidak lebih baik, saling sharing ilmu dan pengalaman terkait kondisi anak, dan berbagi informasi medis lainnya yang berguna.
Bersyukur atas setiap jengkal pencapaian kemampuan adalah cara terbaik menghadapi anak "spesial." Penerimaan yang sebenarnya adalah ketika orang tua tidak merasa malu, minder, atau perasaan lemah lain yang justru menutup mata hati dari ribuan hikmah yang terselip dalam perjalanan mendidik anak "spesial."
Bukankah anak adalah ujian? Setiap orang tua mendapat ujian yang berbeda satu dengan yang lain. Makin berat ujian sejatinya adalah tanda cinta dan kasih sayang Allah kepada para orang tua yang makin besar. Oleh karena itu, tidak layak bila disikapi dengan kekecewaan dan putus asa, hingga saling menyalahkan antara ayah dan ibu.
Cara manis menerima kenyataan dan mensyukurinya adalah dengan berbagi cerita. Seperti yang dilakukan lebih dari 20 penulis perempuan dalam buku parenting berjudul Cinta Tanpa Syarat.
Cinta Tanpa Syarat |
Buku antologi ini berisi kisah para ibu menjalani hari-hari dengan berbagai masalah anak, seperti anak "spesial," anak indigo, sibling rivalry, dan perjuangan mendapatkan gaya belajar yang tepat. Semua tertuang dalam buku ini, dengan harapan dapat membuka mata hati pembaca tentang bermacam-macamnya kondisi anak. Membaca buku parenting yang satu ini membuat pembaca memungut satu per satu hikmah dalam setiap kisah. Dengan harga terjangkau, pembaca tidak perlu ragu mendekapnya demi meraup banyak pelajaran tentang parenting dalam buku yang dikoordinasi Joeragan Artikel dan diterbitkan oleh Dandelion Publisher ini.
_________________________
Dian Rahayu
Ibu lima anak, Editor, Ghost Writer, Freelance Writer
dian.permanasari2018@gmail.com
*Postingan ini merupakan postingan dari Guest post, segala tulisan yang dipublish adalah sepenuhnya tulisan dari guest writer.
*Ingin kolabirasu dengan saya? email ke kabarsari@gmail.com
Posting Komentar untuk "Menghadapi Anak Spesial: Ujian Kesabaran Ibu"
Maaf moderasi terlebih dahulu, karena banyak spam. Terimakasih yang sudah berkomentar :)