Ini untuk Ibumu, Mas.
Mas, tolong sampaikan kepada Ibumu. Tolong bacakan tulisan ini dengan perlahan tanpa ada paksaan, atau lebih pas jika diberi dengan ketulusan, karena seperti itulah aku menulis ini, tanpa ada keterpaksaan. Kapan saja jika kamu ada waktu, Mas. Sampaikan salamku kepada Ibumu, yang nantinya juga menjadi Ibu mertuaku (nantinya).
Dear Ibu mertua (nantinya).
Saat menulis ini, sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang menggelayut manja di pikiranku. Semua berkaitan dengan Ibu mertua,
"Bagaimana rasanya memiliki Ibu mertua?"
"Siapa Ibu mertuaku?"
"Bagaimana Ibu mertuaku?"
dan masih banyak pertanyaan lainnya. Namun, urung aku tuliskan semua tanya, karena ada hal yang selalu mematahkan pertanyaanku, yaitu :
"Bukannya akan lebih berbahagia jika memiliki Ibu mertua dari lelaki yang aku cintai, berbagi kasih sayang dengan Ibu dari lelakiku? Memiliki Ibu kandungku saja sudah berlimpah kasih sayang, apalagi ditambah dengan kehadiran Ibu mertua, bukankah akan berlipat rasa bahagia itu?
Nikmat mana yang aku dustakan? Menikahi lelaki yang aku cintai dan mendapatkan kasih sayang dari Ibu mertuaku.
Tenanglah Ibu mertua..
Aku mencintai dan nantinya akan menikahi lelakiku, anak laki - lakimu. Tak pernah ada satu niatku untuk menjauhkan anak laki - lakimu dengan dirimu, Ibu mertua. Hilangkan semua keraguan, curiga yang entah dari mana, akan kehadiranku yang akan mengusikmu. Bukan, sungguh aku bukan seperti itu. Semua hormat dan kasih sayang anak laki - lakimu kepadamu, tak akan berkurang.
Hanya saja, ada aku di sisinya. Aku hanya teman hidup, teman seperjalanan, yang nantinya akan bertemu lagi dalam keabadian.
Ibu mertua idaman bukanlah Ibu mertua yang sempurna layaknya Ibu peri di setiap cerita dongeng. Namun, Ibu mertua yang sempurna, akan tersenyum maupun tertawa ketika aku menggoreng ikan dengan berlindung di dalam tutup panci yang besar.
Ah, mungkin aku yang nantinya jadi menantu yang tak sempurna.
Salam hormat dan sayang yang selalu tercurahkan,
Menantumu (nantinya).
Jadi, kapan aku memiliki Ibu mertua?
Segera.
"Bagaimana rasanya memiliki Ibu mertua?"
"Siapa Ibu mertuaku?"
"Bagaimana Ibu mertuaku?"
dan masih banyak pertanyaan lainnya. Namun, urung aku tuliskan semua tanya, karena ada hal yang selalu mematahkan pertanyaanku, yaitu :
"Bukannya akan lebih berbahagia jika memiliki Ibu mertua dari lelaki yang aku cintai, berbagi kasih sayang dengan Ibu dari lelakiku? Memiliki Ibu kandungku saja sudah berlimpah kasih sayang, apalagi ditambah dengan kehadiran Ibu mertua, bukankah akan berlipat rasa bahagia itu?
Nikmat mana yang aku dustakan? Menikahi lelaki yang aku cintai dan mendapatkan kasih sayang dari Ibu mertuaku.
Tenanglah Ibu mertua..
Aku mencintai dan nantinya akan menikahi lelakiku, anak laki - lakimu. Tak pernah ada satu niatku untuk menjauhkan anak laki - lakimu dengan dirimu, Ibu mertua. Hilangkan semua keraguan, curiga yang entah dari mana, akan kehadiranku yang akan mengusikmu. Bukan, sungguh aku bukan seperti itu. Semua hormat dan kasih sayang anak laki - lakimu kepadamu, tak akan berkurang.
Hanya saja, ada aku di sisinya. Aku hanya teman hidup, teman seperjalanan, yang nantinya akan bertemu lagi dalam keabadian.
Ibu mertua idaman bukanlah Ibu mertua yang sempurna layaknya Ibu peri di setiap cerita dongeng. Namun, Ibu mertua yang sempurna, akan tersenyum maupun tertawa ketika aku menggoreng ikan dengan berlindung di dalam tutup panci yang besar.
Ah, mungkin aku yang nantinya jadi menantu yang tak sempurna.
Salam hormat dan sayang yang selalu tercurahkan,
Menantumu (nantinya).
*****
Jadi, kapan aku memiliki Ibu mertua?
Segera.
Posting Komentar untuk "Ini untuk Ibumu, Mas."
Maaf moderasi terlebih dahulu, karena banyak spam. Terimakasih yang sudah berkomentar :)