Pilih Tunai Atau Kredit.
Hari ini jalan - jalan ke kota naik delman, eh naik angkot. Rencananya mau beli kain dan printilannya (resleting dan lain - lain). Enaknya naik angkot itu, selalu ada aja ceritanya. Waktu berangkat ke tempat tujuan, ada penumpang yang lagi galau ngobrol tentang biaya anak sekolah, cicilan motor, tapi hape keren banget. Ya gimana ya, kalau sudah mampu membeli smartphone sekian juta, tolong lah jangan mengeluh dengan kewajiban yang memang yang harus ditanggung, termasuk biaya sekolah atau cicilan lainnya yang sekiranya mendesak.
Masih ingat kan waktu pelajaran di sekolah tentang kebutuhan manusia yang dibagi menjadi tiga : kebutuhan primer, sekunder, tresier, ya semacam itulah. Kalau sudah berani membawa (membeli smartphone) yang harganya jutaan dengan merek kelas menengah ke atas, seharus kebutuhan primer sudah adem ayem alias tidak dipermasalahkan. Biaya sekolah sudah termasuk biaya primer kan? lah wong setiap bulannya ada aja duit yang dikeluarin untuk kegiatan sekolah. Nah, jadi mengapa harus mengeluh, mungkin bukan biaya sekolah yang semakin tinggi, melainkan kitanya aja yang belum melakukan perencanaan keuangan, keburu ngiler duluan kalau ada gadget terbaru.
BACA JUGA : KELOLA KEUANGAN DENGAN BIJAK.
BACA JUGA : KELOLA KEUANGAN DENGAN BIJAK.
Jadi ingat apa kata dosen, "Kalau bisa kredit mengapa harus tunai." kata - kata dosenku masih aku pegang sampai sekarang, kalimat sederhana tapi aplikatif. Harus bisa membedakan kapan saatnya ambil kreditan atau tunai. Banyak orang yang takut akan mengambil kredit, padahal nggak selamanya kredit punya citra yang negatif loh. Aku memiliki 2 keputusan kapan ambil kredit dan kapan harus bayar tunai.
- Barang konsumtif : Barang yang sekali pakai, barang yang berupa kepuasan semata, barang yang berupa status sosial, dan barang lainnya. Kita harus cermat mana yang barang konsumtif maupun tidak. Seperti televisi, smartphone, aksesoris, buku bacaan dan lain - lain. Untuk barang konsumtif, aku menerapkan BAYAR DENGAN UANG TUNAI. Lebih baik tidak memiliki barang konsumtif daripada harus kredit, Contohnya : Membeli televisi, meskipun ada kredit televisi dengan bunga -% gak akan memaksakan untuk membelinya karena hanya bersifat kesenangan, apalagi maksa ambil duit dari pos - pos keuangan lainnya. Karena pada saat kita membeli televisi, ya sudah sifatnya kesenangan semata, gak mungkin dong dijual lagi, harganya pasti jatuh dan belum tentu ada yang mau beli. Apalagi barang elektronik, 1-2bulan selalu saja ada model terbaru.
- Barang produksi. Lain halnya dengan barang konsumsi, kalau barang produksi, berani deh ngajuin kredit. Misalnya mesin beli mesin jahit atau sepeda motor, karena digunakan untuk produksi barang yang nantinya dijual kembali. Iya sih kalau kredit, dan diitung - itung lagi pasti harga barang lebih mahal karena biaya ini itu. Tapi, kalau dilihat dari sisi positifnya, yaitu agar aku selalu memiliki target penjualan yang gila - gilaan. Jadi, kredit bagaikan cambuk semangat untuk terus bisa melunasi. Mungkin jika dilihat pasti aneh, "Kok seneng barang kreditan (barang utangan)." Tapi, justru itu seninya ambil kredit, muter pikiran gimana harus lunas tepat waktu dan memiliki target penjualan yang ekstrem setiap bulannya. Kalau beli mesin jahit tunai, bisa - bisa aku leyeh - leyeh alias tidak memikirkan target.
Setiap orang pasti memiliki langkah - langkah tersendiri untuk financial planning. Dan itulah sebagian ceritaku untuk mengatur keuangan. Semoga bermanfaat ^^
random pict |
Posting Komentar untuk "Pilih Tunai Atau Kredit."
Maaf moderasi terlebih dahulu, karena banyak spam. Terimakasih yang sudah berkomentar :)